Affiliate Program ”Get Money from your Website” Lot of Visitors

Jumat

KERANGKA LAPORAN PENELITIAN (SKRIPSI)


I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Pembahasan/Penelitian
4. Tinjauan Pustaka
5. Landasan Teori/Pendekatan
6. Metode Penelitian
7. Objek Penelitian (Sumber Data)
8. Sistematika Penyajian
II. ISI
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN
(SKRIPSI)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
· penalaran pentingnya pembahasan masalah
· alasan yang mendorong pemilihan topik
1.2 Perumusan Masalah
· perincian masalah-masalah yang akan dibahas dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
· ruang lingkup masalah yang akan dibahas
1.3 Tujuan Pembahasan/Penelitian
· garis besar hasil yang akan dicapai
· tujuan teoretis dan tujuan praktis
· manfaat atau faedah
1.4 Tinjauan Pustaka
· telaah pustaka dari buku-buku yang membahas topik yang sama
· komentar mengenai tulisan di koran, majalah, jurnal, …
· kesimpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya
1.5 Landasan Teori/Pendekatan
· prinsip-prinsip teori yang sesuai dengan perumusan masalah
· prinsip-prinsip teori yang menggambarkan langkah dan arah analisis
· alasan pemilihan teori (keunggulan dan kelemahan)
1.6 Metode Penelitian
· metode yang digunakan sesuai teori
· metode yang digunakan: deskriptif, komparatif, atau eksperimental
· teknik yang digunakan dalam pengumpulan data: wawancara, observasi, kuesioner, atau tes.
_______________________________________
1.7 Objek Penelitian (Sumber Data)
· kriteria penentuan jumlah data
· kriteria penentuan mutu data
· kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan
1.8 Sistematika Penyajian
· penjelasan kode-kode data
· urutan bab-bab dan subbab-subbab yang hendak dimuat dalam karya ilmiah, mulai dari pendahuluan sampai daftar pustaka
II. I S I
· inti karya ilmiah
· memaparkan uraian pokok masalah yang dibahas
· analisis dan interpretasi
· ilustrasi atau contoh-contoh
· tabel, bagan, gambar (kalau ada)
III. PENUTUP
· kesimpulan: jawaban permasalahan yang dikemukakan di muka
· bukan rangkuman atau ikhtisar
· penegasan kembali hasil analisis
DAFTAR PUSTAKA
· merupakan sebuah persyaratan karya ilmiah
· daftar sumber pustaka yang dipakai sebagai acuan: buku, majalah, jurnal, koran, …
· memudahkan pembaca menemukan sumber acuan yang digunakan
· Urutan data pustaka:
Nama Penulis. Tahun. Judul Buku/Tulisan.
Kota Penerbit: Nama Penerbit.
LAMPIRAN
· data-data yang mendukung karya ilmiah
· sinopsis, glosarium
· contoh kuesioner
· gambar-gambar, peta, dll

Selasa

REFLEKSI NEGARA IDEAL PLATO

Kelebihan Teori Plato
               Kelebihan teori plato mengenai negara dalam kaitanya dengan realitas sosial adalah Plato merancang negara dimana kepentingan umum diutamakan. Ia merancang negara dimana keadilan (sesuai dengan Politeia) akan tercapai secara sempurna. Hal tersebut tentunya adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan oleh semua warga negara. Karyanya,The Republic merupakan bukti upaya kerasnya untuk mendefinisikan keadilan, dengan membayangkan kemungkinan adanya negara terbaik yang harus direalisasikan untuk mewujudkan nilai keadilan dan kemanusiaan. 
               Menurut kami, Kelebihan lainnya adalah adanya syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang calon pemimpin dimana syarat-syarat itu kembali pada kualitas manusia yang disandarkan kepada jiwa atau akal manusia yang nantinya menuntun pemimpin dalam empat kebajikan pokok yang sepanjang masa terus dibutuhkan oleh rakyat, yakni memiliki pengendalian diri, keberanian, kearifan dan keadilan. Poin-poin yang menjadi prasarat tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi kita dalam memilih seorang pemimpin yang baik. Kriteria pemimpin yang diajukan plato ini sangat tepat.
               Selain itu menurut kami, spesialisasi bidang pekerjaan yang ditawarkan dalam teori Plato bisa menjadi nilai lebih dengan pertimbangan bahwa manusia mempunyai keterbatasan waktu dan daya kekuatan serta memiliki kemampuan masing-masing. Sehingga dengan adanya spesialisasi pekerjaan ini kami rasa manusia akan benar-benar mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuan yang dimilkinya.
 
Kelemahan Teori Plato
               Dari semua kelebihan-kelebihn teori Plato yang mungkin sangat diharapkan oleh seluruh warga negara dipenjuru dunia terwujud di dalam realitas sosial di era modern ini, terbesit beberapa pertanyaan yang muncul yaitu apakah idea hanya menjadi sebatas idea belaka? Menurut saya, sia-sia saja membicarakan mengenai idea yang mulia tapi tidak menjadi nyata dalam realitas sosial ini. Dalam hal ini adalah mengenai pemikiran negara ideal Plato yang menggunakan ciri komunis ekstrem (milik pribadi dan keluarga). Memang hal itu sulit untuk diungkapkan dalam hal yang nyata. Idea Plato dalam hal ini adalah negara ideal ini terbatinkan dalam diri orang lain sehingga negara ideal itu terwujud sedikit-sedikit. Tapi kenyataannya sampai sekarang, berarti sudah 20 abad ini, proses pembatinan idea ini tidak berjalan secara semestinya. Apakah ada negara-negara di dunia ini yang MENJADI-kan ADA-nya negara ideal Plato ini? Barangkali mereka tahu dan mengerti namun tidak berbuat. Untuk apa berbuat? Bukankah lebih baik tidak berbuat dan mendapatkan keuntungan? Kesadaran individual sangat kurang yaitu manusia mempunyai akal yang dengannya ia dapat berusaha memilih dan menentukan hidup dan kehidupannya.. Dalam keadaan ini teori plato tidak dapat berlaku pada setiap realitas konkrit di masing-masing kelompok sosial dan sebatas menjadi teori yang terbentuk lantaran realitas kehidupan yang ia alami saja dan sulit untuk diterapkan secara umum.
               Kelemahan lainya menurut kami adalah pendapatnya tentang Undang-undang yang dibuat sejauh dirasakan perlu menurut keadaan konkret. UU secara umum harus dianggap sebagai The second best. Karena alasan praktis undang-undang harus dipandang sebagai instansi tertinggi dalam negara dan negarawan yang menyimpang dari undang-undang harus dihukum mati. Hal ini kami rasa bukan solusi tepat dimana peraturan ini semestinya dibuat jangan hanya ketika diperlukan saja tetapi semestinya peraturan atau undang-undang pun saya rasa layak dibuat untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi kapan saja. Sebagai contoh, undang-undang tentang hukuman bagi pencuri. Meskipun keadaan konkrit membuktikan tidak ada pencurian “SAAT INI”, tapi tidak ada salahnya membuat undang-undang tentang pelaku pencurian sehingga kalau ada yang mencuri maka akan mendapatkan sangsi sesuai dengan hukum atau undang-undang yang berlaku. “Ingat kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan”. Waspada dan mencegah lebih baik daripada mengobati.
               Keadilan dimiliki oleh semua golongan karena keutamaan ini memungkinkan setiap golongan dan setiap warga negara untuk melaksanakan tugas masing-masing tanpa campur tangan urusan orang lain (menciptakan keseimbangan).Sekilas tidak ada yang salah dari teori ini. Tetapi lagi-lagi menjadi masalah ketika ditekankan pada kata “melaksanakan tugas masing-masing tanpa campur tangan urusan orang lain”. Manusia yang punya keterbatasan ini meskipun juga punya keahlian khusus, saya rasa disadari atau tidak pada suatu saat pasti akan memerlukan bantuan oranglain dalam melesaikan pekerjaannya, meskipun dia lebih ahli dibandingkan dengan orang lain.
               Kelemahan lain menurut kami adalah Perkawinan yang diadakan hanya dalam rangka suatu pesta religius dan berlaku untuk beberapa hari saja. Golongan pertama dan kedua juga dilarang untuk memiliki keluarga sendiri demi mencapai negara yang ideal. Hal tersebut sangat sulit diterapkan karena yang kita pilih menjadi pemimpin juga manusia yang mempunyai hasrat, nafsu, dan keinginan untuk menyenankan dirinya. Dengan batasan pernikahan ini seolah-olah pemimpin hanya dijadikan sebagai sebuh “Alat” layaknya seekor kerbau yang hanya ditugasi membajak sawah lalu diberi makan dan kawin pada musimnya saja. 
               Dalam negara yang ideal ia menghapuskan keluarga. Sangat berbahaya menurut kami jika demikian adanya karena akan menimbulkan sikap saling acuh, dan tak bisa terbayangkan bila hubungan anak dan orang tua ini harus dipisah dan tidak saling kenal tentunya akan menimbulkan konflik dan masalah dalam kehidupan sosial, baik bagi anak maupun bagi orang tua. Tak terbayangkan bila orang tua yang makin hari makin tua sementara ia tak kenal anaknya sehingga ia harus menghabiskan masa tuanya sendiri lantaran anaknya enggang merawat karena tak ada hubungan keluarga lagi.

Kelebihan Demokrasi di Indonesia

Berdasarkan survei tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi semakin besar bahkan demokrasi adalah system yang terbaik meskipun system demokrasi itu tidak sempurna. Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi. (http://www.forum-politisi.org/berita)

keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur. Pri Sulisto pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam dan moderitas dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat pergantian 4 kali presiden selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat sukses. Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, kenyataannya demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan akan terus berkembang. (http://www.forum-politisi.org/berita)

Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna masih banyak kritik-kritik yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Dalam hal berkeyakian juga pemerintah belum sepenuhnya..

Kelemahan Demokrasi di Indonesia

Ancaman terbesar yang dihadapi keberadaan demokrasi di Indonesia saat ini adalah keputusaan terhadap demokrasi itu sendiri serta lemahnya kekuatan gerakan demokrasi dalam menghadapi kekuatan-kekuatan yang anti-demokrasi.

Beberapa nada skeptis yang ditujukan kepada Indonesia. Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan perpecahan. Demokrasi di Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu ekstrimisme dan radikalisme politik di Indonesia. (http://www.forum-politisi.org/berita). Bukti nyata yang kita ketahui bersama adalah banyaknya gugatan terhadap proses demokrasi karena disinyalir erdapat kolusi dan manipulasi data dalam pelaksanaan demokrasi itu. Misalnya, kasus yang baru-baru ini terjadi adalah sengketa PILKADA JATIM.

Sebagian orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Indonesia, karena masyarakatnya belum siap. Mereka juga pernah mengatakan bahwa negara Indonesia terlalu besar dan memiliki persoalan yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai kekhawatiran yang dapat membuat Indonesia yang dapat mengakibatkan perpecahan. (http://www.forum-politisi.org/berita).

Masalah pokok lainnya dalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang HAK yang dimilikinya untuk berpartisipasi dalam Demokrasi. Banyak rakyat yang masih asal-asalan dalam menentukan pilihan. Banyak masyarakat yang memilih wakil rakyat berdasarkan tampilan luar dan yang dirasa menguntungkan bagi mereka. Mereka tidak berfikir panjang demi kebaikan bersama. Banyak yang mau memilih tokoh tertentu lantaran di sogok atau diiming-imingi sejumlah uang atau barang. Akhirnya, wakil rakyat yang mereka pilih pun tidak mencerminkan aspirasi masyarakat, melainkan uang, tentu saja itu bukan demokrasi yang efektif. KKN meraja lela dimana-mana. Parahnya hal itu berdampak bagi pelaksanaan demorasi selanjutnya. Korupsi adalah masalah yang paling sulit dihadapi sistem demokrasi di Indonesia. Hal ini merupakan kegagalan orang-orang yang dipercaya rakyat menjadi anggota parlemen dan pejabat publik. Mereka gagal untuk membuktikan bahwa reformasi itu lebih bermanfaat dibandingkan masa lalu.Oleh karena itu, jika masyarakat Indonesia sudah percaya bahwa semuanya dikorupsi, maka makin lama makin hilang kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi karena merasa demokrasi yang ada hanya prosedural saja dan melupakan ketertinggalan masyarakat secara ekonomi maupun sosial.

Selain masalah diatas, Tujuan demokrasi yang berujung pada kesejahteraan rakyat, menjelang satu dekade reformasi ini belum bisa terealisasi karena ada faktor yang terus menghantui. Yaitu tirani modal yang menguasai hampir semua lini. Lebih jauh mengenai hal itu, ada tiga ruang yang bisa dimasuki oleh tirani modal. Pertama, saat pembentukan kepengurusan partai politik, baik di kongres, muktamar, munas, musda hingga lapis anak cabang. Kedua, saat proses rekruitmen calon kepala daerah, mulai dari pendaftaran, verifikasi, fit and proper test. Dan ketiga, saat proses pencalonan anggota legislatif, baik nasional atau daerah.

Relevansi Teori Plato dengan kondisi kekinian di Indonesia
         Kami menyadari bahwa Demokrasi dan teori negara ideal plato berangkat dari titik yang berbeda. Perbedaan yang sangat mencolok terletak pada sistem dasar demokrasi yang bercirikan legaliter dimana rakyat memegang kunci keberlangsungan negara, sedangan negara ideal plato cenderung totaliter dimana rakyat dibagi berdasarkan kelas-kelas sosial dan kesempatan untuk beralih dari kelas satu ke kelas yang lain tidaklah mudah. Akan tetapi dari perbedaan itu kami juga melihat persamaan yang juga sangat jelas yakni keduanya sebagai sebuah sistem pemerintahan ternyata mempunyai tujuan  yang sama yaitu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial. Dengan asumsi positif bahwa demokrasi pun dilaksanakan bukan sekedar menuruti segala kemauan rakyat yang tidak dapat dipungkiri tidak semuanya baik, akan tetapi demokrasi kami rasa lebih bertujuan untuk mendapatkan pemimpin yang adil, bijaksana,dan lain-lain. Berawal dari situ kami rasa ciri kepemimpinan yang di idam-idamkan negara demokrasi itu nampak pada ciri pemimpin yang ditawarkan pada teori ideal Plato.
         Oleh karena itu kami berpandangan bahwa ciri kepemimpinan pada Teori Plato tersebut dapat dijadikan spirit bagi pelaksanaan demokrasi. Makalah kami ini tidak dimaksudkan untuk mencampuradukkan antara demokrasi dan teori Negara Plato akan tetapi lebih pada usaha men-sinergikan antara nilai-nilai positif pada kedua sistem ini.
         Demokrasi menyatakan pemegang kedaulatan dan kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Kedaulatan bersumber dari rakyat dan di tangan rakyat. Rakyatlah penentu tunggal akan ke mana dan apa yang mereka kehendaki. Rakyat yang menentukan apakah ia akan mengarahkan negara ke barat atau ke timur, maju atau mundur. Supaya tercapai suatu masyarakat yang berdasarkan keadilan dan kebenaran, haruslah rakyat insyaf akan haknya dan harga dirinya. Kemudian haruslah ia berhak menentukan nasibnya sendiri perihal bagaimana ia mesti hidup dan bergaul” -Mohammad Hatta-. Jika keadilan dan kesejahteraan rakyat adalah tujuan akhir pada sistem demokrasi ini maka hal terpenting adala penyadaran masyarakat secara utuh untuk mendapatkan pemimpin yang adil dan bijaksana. 
         Upaya penyadaran masyarakat ini bisa dimulai dengan mengarahkan masyarakat pada  Demokrasi Pancasila yang sudah disusun oleh pendiri bangsa ini puluhan tahun yang lalu. Kita ketahui bahwa sistem demokrasi pancasila berusaha sejauh mungkin menempuh jalan musyawarah untuk mufakat. Dengan kata lain diskusi harus dijadikan sebagai asas dan dasar demokrasi dinegeri ini. Diskusi tidak harus dilaksanakan dalam jumlah besar tetapi cukup diskusi kecil misalnya diskusi pada lingkup RT. Diskusi tersebut tentunya bukan diskusi manipulatif untuk mengumpulkan masa oleh pihak/ partai tertentu tetapi diskusi terbuka tentang calon pemimpin yang iidam-idamkan oleh semua golongan. Sosialisasi pemilu oleh BAWASLU atau Badan Pengawas PEMILU kami rasa akan memberi dmpak positif yakni lembaga ini harus memberikan arahan penjelasan secara detail berkenaan dengan PEMILU yang akan dilaksanaakan kepada seluruh lapisan masyarakat.
         Terkait dengan segala kelebihan dan kelemahan diatas, teori Plato tentang negara bisa kami katakan sangat bermanfaat, khususnya sebagai bahan refleksi dan perenungan sehingga menciptakan sintesa baru bagi kita untuk menemukan corak negara yang tepat bagi kita. Dengan menganasis segala kelemahan dan kekurangan teori plato dan demokrasi di Indonesia diharapkan kita mampu melaksanakan demokrasi yang sebaik-baiknya. Teori plato bisa menjadi spirit tentang negara yang ideal. Misalnya, Plato beranggapan bahwa faktor keadaan setempat, ekonomis dan geografis harus diperhitungkan dalam susunan negara. Nomoi mengusulkan bentuk negara campuran antara demokrasi dan monarki karena terlalu banyak kelaliman dalam Monarki dan kebebasan dalam demokrasi (2 ekstrem yang sama buruknya). Ini tentunya bisa menjadi renungan kritis bagi bangsa Indonesia yang sempat merasakan negara yang bersifat Monarki maupun yang demokratis. Hal konkrit yang dapat dikritisi adalah demokrasi di negara INDONESIA ini. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan banyak perbedaan ini sangat miskin nilai keadilan jika sistem demokrasi ini tidak dipantau sedemikian rupa maka hasilnya seperti sekarang ini, kita belum mampu memilih pemimpin yang benar-benar bijaksana dan adil. Yang ada justru negara kita dikelola oleh pemerintah yang korup karena sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia ini hanya kulitnya saja. Banyak masyarakat yang memilih asal-asalan dan bukan memilih pemimpin yang bijaksana seperti yang ditawarkan Plato. Konsensus yang berjalan di negara ini nampak tidak terbuka, ada pemaksaan meskipun secara halus-misalnya dengan penyuapan, manipulasi dan tidak ikhlas. Dengan demikian Demokrasi di indonesia terlihat kelemahannya yakni bahwa akhirnya kita sadar bahwa pemilihan pemimpin di negeri ini oleh seluruh warga bukanlah seutuhnya baik karena pemilihan ini ternyata lebih pada subyektifitas ketimbang Obyektifitas. Masyarakat memilih pemimpin hanya berdasarkan pertimbangan menguntungkan dirinya atau tidak dan bukan atas dasar pertimbangan kebajikan umum.
          Teori Plato tentang negara akan lebih terasa bermanfaat khususnya bagi bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan pandangan bahwa Sistem pemerintahan menurut Nomoi ialah semua petugas dipilih oleh rakyat, tetapi ditambah syarat-syarat supaya hanya mereka yang cakap akan dipilih. Sehingga dengan demikian, Bangsa Indonesia diharapkan mendapatkan pemimpin yang bijaksana dan adil. Undang-undang harus berlaku sebagai seorang bapa yang baik hati, bukan sebagai seorang lalim demikianlah menurut Plato. Dalam hal ini Plato menmberikan contoh praktis bagaimana seorang legislator (pembuat UU) harus mencari persetujuan dan bukan ketundukan buta dari pihak warga negara. Demokrasi di Indonesia sudah ada dan tinggal mengembangkannya. Memang, demokrasi di Indonesia masih baru, masih dalam masa percobaan, sistem kepartaian belum berkembang dengan baik, dan pilkada baru dilakukan untuk pertama kali.
               "Jangan mengharapkan demokrasi yang sempurna,". TIDAK dapat tidak, tantangan dekat di hadapan kita sekarang yang merupakan Salah satu jawaban mengenai persoalan demokrasi ialah menyelamatkan  proses pembangunan demokrasi di negeri ini, dengan menyelamatkan perolehan-perolehan gerakan Reformasi yang amat berharga, khususnya perolehan berupa diwujudkannya kebebasan-kebebasan asasi (menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat) meletakkan fondasi demokrasidi Indonesia, menegakkan pemerintahan yang bersih dan accountable, menjunjung tinggi standar moral dan akhlak mulia, memulihkan ekonomi nasional yang telah porak-poranda, dan menjaga keutuhan wilayah negara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sehingga bisa memberikan kesejahteraan terhadap bangsa Indonesia. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut. Liddle menjelaskan bahwa arti pokok demokrasi adalah masyarakat memilih pejabat dan pejabat bertanggung jawab lima tahun kepada masyarakat. (http://www.transparansi.or.id/artikel/artikel_bp/artikel_nm.html). Tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana bisa masuk ke dalam dan mencoba mengubah dari dalam sistem-sistem yang masih buruk. Hal ini perlu kesadaran seluruh komponen bangsa.
 

Miliki Tubuh Atletis Dalam 12 Minggu Dengan Metode Alami!

Kami dari team Atletis12 ingin memperkenalkan kepada anda rahasia menambah tubuh anda lebih atletis hanya dalam waktu 12 minggu saja hanya dengan berlatih 2 jam setiap 2 hari!

Panduan elektronik pertama kali di Indonesia yang kini sudah dapat anda miliki dengan mudah dan terjangkau. JAMINAN 100% UANG KEMBALI!

Berikut ini adalah beberapa Ebook yang dapat anda download jika anda telah membeli prouk kami:
1. Ebook Atletis12
2. Ebook resep-resep makanan baik Indonesia maupun Internasional
3. 7 video pelatihan untuk membesarkan alat vital pria,
4. ebook 8 langkah panduan untuk berhenti merokok
5. Ebook resep-resep ramuan tradisional silahkan
6. ebook tips otomotif
7. Ebook seputar nutrisi.

Mulailah tingkatkan penampilan dan penghasilan anda sekarang juga! Untuk selengkapnya silahkan mengunjungi

http://www.atletis.info/?id=dz4ki_caem

Terima kasih dan sukses selalu.


Kamis

WORKSHOP BEDAH FILSAFAT NUSANTARA

Workshop

Bedah Filsafat Nusantara

Menggali Tradisi Merumuskan Metodologi

Keynote Speaker : Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin

( Dekan Fakultas Filsafat UGM)

Narasumber:

Dr. Joko Siswanto

Dr. Argo Twikromo

Dr. P. M. Laksono

Dr. Arqom Kuswanjono

28-29 November 2008 Auditorium Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

________________________________________________________________________

I. Pembukaan Ketua Panitia

II. Sambutan dekan filsafat: Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin

Alasan mengkaji Filsafat nusantara:

1. Suatu kondisi objektif bahwa study filsafat nusantara belum disentuh oleh para cendikia Indonesia
2. Perkembangan kelembagaan.

Saat ini banyak peneliti dari negara lain mempelajari objek material budaya Indonesia akan tetapi pribadi masyarakat Indonesia belum dipahami oleh para peneliti dari negara lain tersebut sehingga studi yang dilakukan dangkal dan kering karena belum menyentuh pada nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia

3. Kepentingan Praktis.

Studi kefilsafatan ini diharapkan dikemas semenarik mungkin sehingga dapat dijual dan dapat menjadi oriented bagi fakultas Filsafat UGM

Tujuan workshop: terbukanya bank data/ bank proposal yang dapat dikumpulkan menjadi referensi bagi studi filsafat nusantara selanjutnya.

________________________________________________________________________

III. Acara Inti Bedah Filsafat Nusantara

Misi yang diemban adalah merekontruksi pemikiran Filsafat Nusantara dimana saat ini ada asumsi-asumsi yang harus dibangun kembali.

Orang mungkin bertanya mengapa menggunakan term filsafat nusantara, bukan filsafat Indonesia. Hat ini karena term Nusantara melambangkan kekhasan yang membedakan budaya Indonesia dengan budaya bangsa lain bahkan dengan bangsa serumpun seperti Malaysia sekalipun. Misalnya: Reog ponorogo yang beberapa waktu yang lalu menjadi bahan pembicaraan karena di-klaim sebagai budaya Malaysia. Sebenarnya kontroversi ini dapat diselesaikandengan menganalisis runtut sejarah asalmula budaya reog tersebut dan nilai-nilai yang melatarbelakanginya. Malaysia bisa saja memainkan tarian reog tersebut sefasih dengan yang dilakukan oleh orang Ponorogo akan tetapi tidak mampu menunjukan nilai-nilai yang melatarbelakangi budaya reog ini diciptakan karena budaya ini khas Indonesia dimana budaya tersebut diciptakan sesuai nilai-nilai yang diyakini masyarakat setempat yakni masyarakat Ponorogo yang tidak terdapat di daerah lain.

Contoh lainnya adalah karya sultan Hamengkubuwono tentang Fil Indonesia akan tetapi isinya tentang filsafat nusantara khususnya budaya Jawa yang khas.

Inti dari filsafat Nusantara yakni, objek formalnya Nusantara; sedangkan objek materialnya Budaya Indonesia

Filsafat Indonesia identik dengan filafsat pancasila (formalitasnya), pancasila adalah bagian dari kenusantaraan yang secara ilmiah harus dibedakan. Dalam mencetuskan pikiran (mind/ filsafat) ataupun badaya Indonesia, keduanya bersatu (diaektika ) menjadi civillization, Nusantara.Tamalaka lebih mengkaji mind daripada budayanya. Civillization lebih kuat untuk disebut civillization nusantara dari pada civillization Indonesia.

Budaya islam dengan budaya hindu saling melengkapi dalam sejarah terbentuknya budaya nusantara. Budaya nusantara adalah hasil sinkretisme antara nilai-nilai keagamaan dengan budaya Indonesia. Oleh karenanya tidak mudah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Untuk memperdebatkan landasan Sila Pertama dicetuskan adalah melalui sejarah sinkretisme. Nusantara tidak tunggal dari dimensi budaya dan juga dari dimensi religius.

Local jenius merupakan penanda yang menunjukan identitas yang berbeda dengan suku bangsa yg lain. Dengan perspektif local jenius dapat diketahui bahwa secara epistemologi Nusantara tidak sampai wilayah Malaysia,Singapura, Thailand dan sebagainya. Meskipun secara politik dalam sejarah sama tapi yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah local jenius. Misalnya: Ramayana Indobesia berbeda dengan Ramayana India. Meskipun objek materialnya sama-sama tari ramayana tapi objek formalnya berbeda. Objek formal yakni local jenius “aku adalah aku” dalam kaitannya dengan Epistemologi, Metafisika dan Axiologinya yang membedakan antara kita dengan yang lain.

Dengan demikian Sistematika Pemikiran Filsafat Nusantara terdiri dari 3 pilar jati diri yaitu:

a) Pilar Ontologis.

Pilar Ontologis disini adalah manusi Indonesia yang terdiri atas jiwa dan raga ke-Indonesiaan. Penduduk Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang diakui secara formal, mempunyai tradisi yang khas Indonesia, mempunyai karakter-karakter manusia Indonesia yang tercermin dalam objek materialnya. Kerangka Ontologis ini tercermin pula dari karya-karya sastra Indonesia. Misalnya: karya Hamzah, tasawuf Aceh berbeda dengan tasawuf Arab.

b) Pilar Axiologis.

Pilar Axiologis adalah nilai-nilai luhur Indonesia yang ramah-tamah gotong-royong, nilai estetik Indonesia yang khas yang membedakan dengan bangsa lain. Misalnya: Reog, nilai-nilai yang melatarbelakanginya berasal dari nilai bangsa Indonesia yang berbeda dengan Malaysia.

c) Pilar Epistemologis

Pilar Epistemologis mencakup pengetahuan dan sejarah asal-muasal terbentuknya budaya tersebut.

Ketika pilar tersebut dapat digali dengan metodologi hermeutika yang diolah sacara filosofis

Mungkinkah Hermeuika Menjadi Metode Untuk Membedah Filsafat Nusantara

oleh: Dr. Joko Siswanto

Untuk menggali Filsafat Nusantara dapat secara antroposentris, lokosentris, dramakosentris, tradisi Indonesia dan lain sebagainya. Misalnya: wayang, tradisi minang dan lain sebagainya.

A. PERSOALAN MENDASAR DALAM MEMBEDAH FILSAFAT NUSANTARA

ADA DUA PENDEKATAN YANG MUNGKIN:

1. Filsafat nusantara sebagai “ Genetivus Objektivus” (Phi;osophy of Nusantara).

Pendekatan ini merupakan tradisi metode barat.

2. Filsafat Nusantara sebagai “ Genetivus Subjektivus” (Nusantara Philosophy). Pancasila philosophy, semestina memakai metode ini.

B. ASUMSI-ASUMSI HERMENEUTIKA

1. Asumsi Pertama:

Asumsi dasar teori hermeneutika adalah bahwa pembaca teks tidak memiliki akses langsung kepada penulis atau pengarang teks karena perbedaan ruang, waktu, dan tradisi. Misalnya: serat kalatidha Karya Ronggo warsito. Kita sudah berbeda ruang dan waktu dengannya. Pengarang mengekspresikan diri dalam bahasa teks, dengan demikian ada makna subjektif. Masalahnya bagaimana membawa keluar makna subjektif sebagai ekspresi objektif kepada orang lain. Boleh diketakan bahwahermeneutika adalah mengungkap horizon masalalu kepada dunia masa kini.

2. Asumsi Kedua:

Hermeneutika sebagai “fenomena khas manusia”. Tesis ini terkait dengan gejala yang membedakan manusia dengan binatang, bahwa manusia adalah: animal symbolicum, languageusing-animal (Ernst Cassirer). Menurut Derida: kemampuan manusia dari dalam sehingga semua orang mampu melakukannya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidakalepas dari bahasa. Bahasa sebagaimana terwujud dalam kata-kata, kalimat dan kesatuan gagasan merupakan objektivikasi dan kesadaran manusia tentang realitas. Dalam percakapan amnusia senantiasa melakukan penafsiran secara terus-menerus.

3. Asumsi Ketiga:

Hermeneutika adalah watak dasar manusia. Pada hakikatnya manusia cenderung memberi makna : man condemned to meaning (Merleau Ponty). Memberi makna sama dengan memahami (Verstehen).

Ada tiga tingkat pemahaman:

- Pemahaman langsung atas alam material.

- Pemahaman atas budaya

- Pemahaman atas diri sendiri atau memahami manusia lain.

PENGERTIAN HERMENEUTIKA

Hermeneutika berasal dari kata Yunani: hermeneue

bersambung....

Sabtu

met tahun baru kawan2

wah besok aq ujian neh! doain aq ya kawan2

tempat iklan

coba